Akhir-akhir
ini aku selalu bangun kesiangan. Membiarkan tubuh yang malas ini memupuk dosa
karena tidak subuhan. Embun pagi yang senantiasa membasahi dedaunan pun keburu
menghilang sebelum sempat kuhirup aromanya. Dan kini embun pagi yang muncul
sebelum cahaya hanya dapat kunikmati dalam bentuk lagu gubahan Sabrang Noe yang
konon anak dari seorang Cak Nun yang konon katanya seorang kyai. Namun satu hal
yang pasti dan tidak konon adalah secangkir kopi yang selalu ikhlas diseruput
oleh mulut yang belum tersentuh sikat gigi ini.
Ah,
kadang aku berpikir bilamana orangtua ku memergoki ku bangun kesiangan sampai
tidak subuhan apakah mereka akan menyetop kiriman uang bulanan kepada ku. Ah,
sepertinya tidak, belum pernah aku mendengar kasus seperti itu. Nyatanya
sebrengsek-brengseknya sahabat ku di pesantren dulu mereka tetap mendapat
kiriman uang dari orangtuanya. Sudahlah, mengapa jadi membicarakan masa lalu,
di depan sana berbagai rintangan sudah siap menguji orang-orang yang rajin
subuhan maupun yang konsisten kesiangan.
Banyak
orang Indonesia yang berkata bahwa jika kita tidak bangun pagi maka rezeki kita
akan di patok ayam. Aku sedikit lega karena tinggal dilingkungan yang jarang
ada ayam, namun anjing-anjing di sini jumlahnya sama seperti ayam di kampung ku
sana. Tapi ada benarnya juga orang Indonesia mengambil ayam sebagai
perumpamaan. Ayam mengkonsumsi beras sama seperti manusia, maka jika kita
terbangun dan mendapati sekelompok ayam yang sedang asyik mematul-matul beras
bersama kawanannya apakah bukan berarti kita sudah kalah dari ayam. Ah,
sudahlah, kenapa jadi membicarakan ayam, toh dia pun tak merasa menang dari
kita.
Secangkir
kopi di pagi hari ini sudah cukup menjadi penyemangat untuk menjalani hari ini.
Kopi yang juga dapat berfungsi sebagai obat pencernaan alami karena zat asam
yang dikandungnya dapat menjadi pemicu untuk bersegera ke kamar mandi. Selain
menjadi obat pencernaan yang baik, kopi juga bisa menjadi sahabat yang baik
untuk membaca buku. Dengan meminum kopi pikiran kita akan selalu fresh, dan itu
dapat menjadi candu yang baik untuk para kutu buku. Kenapa tiba-tiba jadi
membicarakan kopi? Kutu buku?. Ah, sudahlah, biarlah ayam yang sedang
mematul-matul beras itu menjadi lanskap diriku yang sedang membaca buku sambil
di temani secangkir kopi di teras rumah pagi hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar