Kamis, 14 Maret 2013

Tersungkur di sisa malam… Tersesat di sisa malam…


Begitulah kira-kira penggalan lirik lagu melankolia yang dinyanyikan oleh grup musik efek rumah kaca. Saat banyak orang-orang yang tersungkur di kasur menghabiskan sisa malam disaat itu pula banyak orang yang justru tersesat. Tersesat karena bingung harus melakukan apa untuk menghabiskan sisa malamnya. Para kaum santri mungkin bisa menghabiskan sisa malamnya untuk menghafalkan ayat-ayat al-qur’an, sementara para pekerja kantor di pusat kota pasti akan sibuk  lembur dengan pekerjaan tambahannya, jangan lupakan pula para supir bus malam yang senantiasa setia mengukur jalanan, tak peduli mulus dan datarnya tol palimanan ataupun curam dan terjalnya jalur alas roban, namun satu hal yang pasti ia mempunyai kegiatan. Jangan lupakan juga para maling, pemburu kodok, dan kumpulan burung hantu yang selalu menanti sisa malam untuk berkegiatan.
Memang banyak orang yang mempunyai aktivitas di sisa malamnya, namun tidak sedikit pula yang tersesat. Mereka tersesat diantara orang yang berkegiatan dan segala makhluk yang terpejam, tidak tahu apa yang ingin dikerjakan, berkhayal tentang masa depan atau sekedar merenungi kejadian seharian. Namun, itupun rasanya tidak bisa dikatakan tersesat, berpikir juga merupakan salah satu kegiatan. Satu-satunya orang yang bisa dianggap “tersesat di sisa malam” sepertinya adalah orang yang sedang membaca artikel ini!