Anda semua pasti setuju jika saya mengatakan
masa-masa SD adalah masa-masa yang paling membahagiakan. Alasannya sederhana
saja, 6 tahun. 6 tahun tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi diri kita untuk
melakukan proses interaksi dengan kawan-kawan sebaya kita. Tidak hanya itu,
para guru, penjaga sekolahan, para pedagang dan orangtua kawan kita pun
termasuk elemen-elemen yang kita libatkan dalam proses interaksi kita dalam
sebuah wadah atau lembaga pendidikan yang bernama Sekolah, lebih tepatnya
Sekolah Dasar.
Bagi anda semua yang tidak pernah merasakan
pendidikan TK dan Playgroup, Sekolah Dasar adalah lembaga formal pertama kali
bagi diri kita yang menyediakan stok teman cukup melimpah (maaf sedikit lebay,
maklum aja, lagi musim). Umumnya ketika kita pertama kali masuk SD, kita akan
merasakan kegalauan yang luar biasa, kecuali bagi anda-anda yang sebelumnya
pernah mengecap bangku TK atau Playground (maklum, penulis langsung masuk SD,
soalnya pinter sich).
Awal-awal tahun ajaran baru adalah saat-saat
yang paling menyiksa sekaligus membahagiakan bagi orangtua kita dan kita.
Menyiksa bagi diri kita, karena kita harus bangun pagi untuk memperebutkan satu
kursi paling depan bersama sang Ibu (sejak masuk bangku SD saja kita sudah
diajari bagaimana caranya memperebutkan kursi, tidak heran bila lain hari para
politisi juga melakukan hal demikian untuk memperebutkan kursi di Senayan,
kalau tidak salah bahasa politiknya adalah serangan fajar), selain itu banyak
juga diantara kita yang masih menjadi “anak mami,” pulang-pergi sekolah harus
dengan mami sehingga teman-teman kita yang sudah berani ke sekolah sendiri itu
akan mengejek kita dengan sebutan “anak mami,” bayangkan siapa yang tidak akan
tersiksa dengan tekanan seperti itu.
Ibu kita juga tersiksa, tersiksa dengan ulah
kita yang kadang masih kekanak-kanakan (padahal memang sebenarnya masih
anak-anak), karena Ibu harus mengantar kita pagi hari sekali untuk
memperebutkan kursi terdepan dan harus memantau kita hingga kegiatan belajar-mengajar
usai, walhasil sang Ibu akan kehabisan sayuran dan ikan basah yang dijual di
warung-warung yang menyediakan kebutuhan dapur dan akhirnya kita sekeluarga
hanya akan makan dengan telor ceplok dan nasi yang ditaburi kecap (sedappp!!).
Namun, seperti kata pepatah, dibalik
kesedihan adalah kebahagiaan yang tertunda (PYD: Pepatah Yang Disempurnakan).
Kita tentu akan bahagia, karena kita akan mempunyai teman baru yang banyak
sekali, tak sedikit diantara kita yang bahkan bertemu dengan saudara kita sendiri
dalam satu kelas. Bagi sang Ibu, momen ini juga sangat membahagiakan karena Ibu
kita tentu juga akan bertemu dengan teman-teman baru yang banyak sekalii, dan
kita semua tentu sudah tahu apabila ada lebih dari dua orang Ibu-ibu berkumpul
membicarakan sesuatu maka disitulah terdapat kantong-kantong ngrumpi yang
sangat berpotensi. Berpotensi untuk memenuhi sudut-sudut sekolahan. Namun
disitulah letak kebahagiaan seorang Ibu.