Sabtu, 20 Oktober 2012

Nostalgia masa-masa SD


Anda semua pasti setuju jika saya mengatakan masa-masa SD adalah masa-masa yang paling membahagiakan. Alasannya sederhana saja, 6 tahun. 6 tahun tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi diri kita untuk melakukan proses interaksi dengan kawan-kawan sebaya kita. Tidak hanya itu, para guru, penjaga sekolahan, para pedagang dan orangtua kawan kita pun termasuk elemen-elemen yang kita libatkan dalam proses interaksi kita dalam sebuah wadah atau lembaga pendidikan yang bernama Sekolah, lebih tepatnya Sekolah Dasar.
Bagi anda semua yang tidak pernah merasakan pendidikan TK dan Playgroup, Sekolah Dasar adalah lembaga formal pertama kali bagi diri kita yang menyediakan stok teman cukup melimpah (maaf sedikit lebay, maklum aja, lagi musim). Umumnya ketika kita pertama kali masuk SD, kita akan merasakan kegalauan yang luar biasa, kecuali bagi anda-anda yang sebelumnya pernah mengecap bangku TK atau Playground (maklum, penulis langsung masuk SD, soalnya pinter sich).
Awal-awal tahun ajaran baru adalah saat-saat yang paling menyiksa sekaligus membahagiakan bagi orangtua kita dan kita. Menyiksa bagi diri kita, karena kita harus bangun pagi untuk memperebutkan satu kursi paling depan bersama sang Ibu (sejak masuk bangku SD saja kita sudah diajari bagaimana caranya memperebutkan kursi, tidak heran bila lain hari para politisi juga melakukan hal demikian untuk memperebutkan kursi di Senayan, kalau tidak salah bahasa politiknya adalah serangan fajar), selain itu banyak juga diantara kita yang masih menjadi “anak mami,” pulang-pergi sekolah harus dengan mami sehingga teman-teman kita yang sudah berani ke sekolah sendiri itu akan mengejek kita dengan sebutan “anak mami,” bayangkan siapa yang tidak akan tersiksa dengan tekanan seperti itu.
Ibu kita juga tersiksa, tersiksa dengan ulah kita yang kadang masih kekanak-kanakan (padahal memang sebenarnya masih anak-anak), karena Ibu harus mengantar kita pagi hari sekali untuk memperebutkan kursi terdepan dan harus memantau kita hingga kegiatan belajar-mengajar usai, walhasil sang Ibu akan kehabisan sayuran dan ikan basah yang dijual di warung-warung yang menyediakan kebutuhan dapur dan akhirnya kita sekeluarga hanya akan makan dengan telor ceplok dan nasi yang ditaburi kecap (sedappp!!).
Namun, seperti kata pepatah, dibalik kesedihan adalah kebahagiaan yang tertunda (PYD: Pepatah Yang Disempurnakan). Kita tentu akan bahagia, karena kita akan mempunyai teman baru yang banyak sekali, tak sedikit diantara kita yang bahkan bertemu dengan saudara kita sendiri dalam satu kelas. Bagi sang Ibu, momen ini juga sangat membahagiakan karena Ibu kita tentu juga akan bertemu dengan teman-teman baru yang banyak sekalii, dan kita semua tentu sudah tahu apabila ada lebih dari dua orang Ibu-ibu berkumpul membicarakan sesuatu maka disitulah terdapat kantong-kantong ngrumpi yang sangat berpotensi. Berpotensi untuk memenuhi sudut-sudut sekolahan. Namun disitulah letak kebahagiaan seorang Ibu.