Sabtu, 13 April 2013

Insomania

Rasanya sulit untuk memjamkan mata malam ini barang sedetik pun. Sebenarnya bukan hanya malam ini saja, malam-malam sebelumnya pun mataku sulit terpejam. Sebenarnya bukan hanya malam-malam sebelumnya  saja, malam-malam sebelum-sebelumnya pun diriku selalu terjaga sampai-sampai malamnya sendiri pun lelah, lelah karena harus selalu menyediakan ruang bagi sebagian makhluk “penggemar” insomnia. Bagi sebagian makhluk insomnius (anggap saja ini sebutan bagi para “pengidap” insomnia) seperti diriku, suasana malam yang sunyi dan sepi sangat mubadzir bila hanya digunakan untuk mendengkur di atas badan kasur. Seperti wanita cantik, suasana malam menjelang pagi pun sangat pantas untuk dinikmati dan dijamah. Cara menikmatinya pun bisa dengan berbagai macam cara, bisa dengan cara merenungkan kejadian seharian, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu, bahkan bisa bertahun-tahun yang lalu, atau bisa juga menulis tentang…?? tentang apa saja… politik, sepak bola, budaya, ataupun tulisan-tulisan bergenre sampah macam tulisan yang sedang engkau baca ini. Toh sampah pun ada yang berguna, barangkali tulisanku bisa masuk salah satu kategori sampah yang bisa dimanfaatkan atau di daur ulang.
Kembali ke tema penulisan, (ah, kalimat-kalimat ilmiah keparat itu selalu saja memenuhi ruang fiksiku). Maksudku, kembali ke pembahasan, (ah, salah lagi). Maksudku kembali ke pembicaraanku mengenai insomnia atau dalam bahasa gaulnya begadang, setidaknya para pelakunya telah berjasa, berjasa karena mereka telah membuat malam tetap hidup ditengah-tengah jutaan makhluk yang terkapar dan tidak berdaya.